Senin, 29 April 2013

PERSIAPAN MENGHADAPI UN




Oleh : Turhan Adib
(Guru BK SMAN 1 Karanganyar Demak)


Ujian Nasional (UN) dalam terminologi pendidikan mengandung pengertian evaluasi akhir yang diselenggarakan pada suatu jenjang pendidikan formal yang dalam hal ini Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada pelaksanannya UN mengacu pada permendiknas yang dari tahun ke tahun terus disempurnakan. Meskipun ada beberapa perubahan akan tetapi pada prinsipnya sama, yakni UN menjadi penentu kelulusan anak didik dalam menyelesaikan pendidikannya di jenjang tersebut.

Mengingat begitu pentingnya UN, maka peserta didik perlu merumuskan strategi sebagai persiapan dalam menghadapinya. Strategi disusun sebagai upaya pemantapan daya tahan ingatan dan daya konsentrasi peserta dalam mengerjakan ujian itu. Hal ini penting mengingat setiap mata uji berisi 50 butir soal obyektif yang harus diselesaikan dalam waktu 120 menit. Soal-soal itu dirumuskan dalam susunan pernyataan yang sedemikian rupa pada tingkat kesulitan sedang sampai tinggi, sehingga membutuhkan kecermatan dalam pembacaanya. Disamping itu option (pilihan jawaban) ditulis dalam susunan yang memiliki kemiripan sebagai kemungkinan jawaban, sehingga peserta didik harus betul-betul konsentrasi dalam merecall ingatannya untuk memilih jawaban yang paling tepat. Hal demikian yang menjadi pertimbangan bahwa pemantapan daya tahan ingatan dan daya konsentrasi diperlukan. Sebagai suatu tambahan apabila seorang peserta didik memiliki kemantapan daya tahan ingatan dan daya berkonsentrasi selama 100 menit, dapat ditafsirkan bahwa dia mampu menyelesaikan kurang lebih 41 butir soal dan konversi nilai yang dicapai adalah 82 (tanpa pengurangan jawaban salah). 


Pada ranah ini, tolok ukur yang digunakan tidak cuma sehat secara fisik saja akan tetapi juga keberfungsiannya organ tubuh dan kesiapsediaan fisik saat diperlukan. Dalam ukuran sehat fisik saja, ada kemungkinan peserta didik tidak nyaman duduk (tanpa gerak) dalam kurun waktu pengerjaan soal, atau mungkin terjadi karena kesehatan fisik, suhu tubuh cepat berubah menyesuaikan suhu ruangan sehingga banyak berkeringat dan tidak nyaman dalam mengerjakan soal. Ini jangan disalahartikan bahwa sehat itu menjadi faktor pengganggu dalam UN. Sehat yang dimaksud dalam hal ini adalah kondisi fisik yang prima akan tetapi tidak diperlukan olah fisik yang dapat mempercepat proses respirasi, sehingga ujungnya pada kondisi yang  menjadi tidak nyaman saat mengerjakan soal. Hal demikian dapat memicu terganggunya daya tahan ingatan dan daya konsentrasi peserta.
Persiapan fisik diperlukan juga pada tatanan rambut, kebersihan kulit dan kerapihan pakaian. Tatanan rambut diatur dan dijaga sedemikian rupa (tidak memasang model yang baru), sehinga tidak akan mengganggu proses pengerjaan soal semisal berkali-kali mengusap, menggaruk dan membenahi kembali tatanan rambut yang baru dipasangkan itu. Kebersihan kulit dipelihara supaya tidak menimbulkan bau keras, atau tidak terjadi keseringan menggosok-gosok kulit yang bersisik.
Disamping itu kerapihan pakaian juga diperlukan supaya duduknya tetap nyaman dan tidak melipat-lipat lengan baju atau menarik-narik lipatan punggung. Tidak boleh ketinggalan dalam kerapihan pakaian adalah kesan penampilan. Kesan penampilan yang rapih membuat pengawas ujian tidak mengasosiasikan seorang peserta sebagai anak didik yang rawan, dengan demikian pengawas ujian tidak melakukan pengawasan secara saksama pada seseorang peserta. Sebagai contoh kecil, seorang atau beberapa orang peserta UN dalam suatu ruangan tidak memasang atribut atau pemasangan yang tidak tepat melekat pada tempatnya. Begitu masuk ruangan dan meneliti identitas peserta seorang pengawas jelas meraskan adanya ketimpangan dalam diri perserta tersebut. Mau tidak mau pengawas ujian akan memperhatikannya dan mendapat kesan psikologis sebagai anak yang memiliki penyimpangan perilaku. Kesan semacam itu tidak mudah dilupakan. Bila pengawas mendapatkan satu perilaku saja sebagai bukti, maka akan berdampak pada kesaksamaan pengawasan yang selanjutnya menjadi beban psikologis antara peserta dan pengawas. Jelas hal demikian akan mempengaruhi daya konsentrasi dan daya tahan ingatan peserta.

            Mental peserta harus dalam kondisi yang fresh dalam arti tanpa tekanan atau beban psikologis, tumbuh rasa percaya diri dan berfikir positip. Hal ini tercermin dalam perilaku peserta yang selalu siap sedia saat memasuki ruang ujian, menerima naskan soal dan dalam mengerjakan soal.
1.      Rasa Takut versus Rasa Meremehkan.
Seorang peserta harus dapat membebaskan dirinya dari rasa takut menghadapi UN, karena perasaan ini dapat mempengaruhi daya tahan ingatan dan daya kosentrasinya. Ketakutan peserta sangat beralasan mengingat bahwa setiap orang memiliki motivasi untuk maju dan terlepas dari kegagalan. Apalagi UN ini menjadi penentu kelulusan dari perjalanan pembelajaran yang telah dilakoninya selama tiga tahun. Namun ketakutan itu harus dilawan dengan kesiapan optimal untuk menghadapinya, sebagaimana Kris John mengahadapi mandatory fightnya. Seberapa pun besar kesiapan yang telah di tatanya jangan sampai menimbulkan perasaan meremehkan, karena justru akan menjadi bumerang. Perasaan meremehkan bisa menjadikan pemilihan option secara ceroboh dalam arti option yang dipilih bukan berdasarkan pemahaman materi yang tepat akan tetapi hanya berdasarkan pada persangkaan. Hal ini fatal karena belum tentu yang disangkan benar itu memang benar adanya.
2.      Restu Orangtua
Peserta UN sebagaian besar adalah pribadi yang masih sangat bergantung pada orang tua termasuk juga guru. Kondisi psikologis orangtua berpengaruh langsung pada kondisi psikologis anaknya. Orangtua yang masa bodoh dengan keadaan anaknya yang sedang mengikuti UN akan memunculkan kondisi anak yang masa bodoh dengan kelulusannya. Memang disadari banyak pula terjadi penyimpangan dimana orangtua sangat menginginkan anaknya lulus dengan standar tertentu, akan tetapi anaknya malah tidak peduli dengan keinginan orangtuanya itu. Hal ini jelas terjadi konflik kepentingan antara orangtua dengan anak. Untuk itu perlu penyatuan persepsi tentang UN antara orangtua dengan anak, sehingga anak merasa nyaman melaksanakan UN itu.
3.      Do`a
Do`a adalah pengejawentahan dari mahluk religi yang mempercayai adanya kekuatan supranatural yang dapat setiap saat mempengaruhi kehidupannya. Bahkan beberapa kasus do`a ini dipanjatkan kepadaNya untuk keperluan-keperluan khusus termasuk UN. Bagi pelaku, do`a ini memiliki implikasi positip dalam kesiapan seorang peserta dalam mengikuti UN. Implikasi itu berupa tumbuhnya kesungguhan/keseriusan, tangung jawab, percaya diri dan ketenangan batin. Kekuatan tingkat pengaruh do`a ini berbanding lurus dengan keterpusatan jiwa dengan Zat yang Maha Kuasa. Artinya, atas kekuasaanNya dan berkat dari do`a yang terpanjat seseorang dapat merasakan teralirnya pengarauh do`a itu masuk dalam tubuhya.
4.      Riyadloh.
Bentuk dari persiapan UN ini adalah melaksanakan tata kehidupan tertentu berdasarkan tuntunan seorang mursyid (maha guru ruhaniah) dalam kurun waktu dan dengan cara tertentu pula. Kegiatan ini lebih banyak ditujukan pada terbentuknya kondisi yang mempermudah seseorang untuk menghafal, mendapatkan ingatan yang setia, kuat dan luas.

            Tidak kalah pentingnya dalam menghadapi UN adalah mempersiapkan material. Material dalam hal ini yang dimaksud adalah bahan pelajaran yang telah pernah di serap peserta didik ditambah pendalaman materi yang ditugaskan guru sesuai dengan mata pelajaran yang di ujikan. Agar persiapan material ini terlaksana secara efektif dan efisien, maka perlu bantuan kisi-kisi UN yang dapat diperoleh dari guru mapel atau diunduh dari internet. Dengan kisi-kisi ini peserta didik bisa mengetahui scope bahan ajar yang penting untuk dipelajari lebih banyak daripada yang tidak tercantum dalam kisi-kisi.
1.      Prioritas Mata Pelajaran
Buatlah daftar mata pelajaran UN dalam urutan dari mata pelajaran yang paling disenangi menuju mata pelajaran yang tidak disenangi. Dengan membuat skala priritas ini dimaksudkan agar mood belajar tetap terjaga dan memudahkan untuk menyimpan dalam memori ingatannya. Selanjutnya bisa buat juga prioritas dari setiap mata pelajaran dimulai dari materi yang paling mudah dipelajari sampai dengan yang paling sulit dipelajari. Bagi peserta didik yang memiliki motivasi tinggi, hal demikian dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, begitu sebaliknya, bagi anak yang motivasinya rendah mereka merasa sulit untuk membuat urutan, karena semua materi disadarinya sebagai pemaksaan dan beban untuk dipelajari.
2.      Penjadwalan
Berdasarkan kalender pendidikan, perkiraan pelaksanaan UN jatuh pada bulan Maret 2010 jika tidak ada perubahan. Ada waktu kurang lebih tiga bulan untuk mempersiapkan lebih intensif. Jika peserta didik melaksanakan langkah prioritas di atas, maka perlu menjadwalkan setiap materi dari setiap mata pelajaran untuk dipelajari denagn target waktu tertentu. Sampai pada satu bulan sebelum pelaksanaan UN, diharapkan semua materi telah selesai dipelajari, sehingga pada satu bulan terakhir tinggal melakukan review.
3.      Metode Belajar
Metode belajar amat banyak dan bervareasi. Yang paling banyak dipakai adalah 3RE. Peserta didik harus memilih satu yang paling mudah dijalankan dan yang selama ini telah memberikan hasil terbaik dalam pelaksanaannya.

6 komentar:

  1. texs nya terlalu panjang jadi susah untuk di pahami butuh waktu lebih lama untuk mahami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Panjang pendek bacaan tergantung ketuntasan pembahasan.

      Hapus
  2. Anda adalah seorang Guru yang Baik, Disiplin , Dan penuh Tanggung jawab..

    BalasHapus
  3. pak cara mengingat pelajaran agar mudah masuk ke dlm otak kita gimna......?????/

    BalasHapus
  4. kurang lengkap pak...........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kunjungan dan kritiknya.

      Hapus