Oleh : Turhan Adib
(Guru BK SMAN 1 Karanganyar
Demak)
Ujian Nasional (UN) dalam terminologi pendidikan mengandung
pengertian evaluasi akhir yang diselenggarakan pada suatu jenjang pendidikan
formal yang dalam hal ini Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada pelaksanannya UN
mengacu pada permendiknas yang dari tahun ke tahun terus disempurnakan.
Meskipun ada beberapa perubahan akan tetapi pada prinsipnya sama, yakni UN
menjadi penentu kelulusan anak didik dalam menyelesaikan pendidikannya di
jenjang tersebut.
Mengingat begitu pentingnya UN, maka peserta didik perlu merumuskan
strategi sebagai persiapan dalam menghadapinya. Strategi disusun sebagai upaya
pemantapan daya tahan ingatan dan daya konsentrasi peserta dalam mengerjakan
ujian itu. Hal ini penting mengingat setiap mata uji berisi 50 butir soal obyektif
yang harus diselesaikan dalam waktu 120 menit. Soal-soal itu dirumuskan dalam
susunan pernyataan yang sedemikian rupa pada tingkat kesulitan sedang sampai
tinggi, sehingga membutuhkan kecermatan dalam pembacaanya. Disamping itu option
(pilihan jawaban) ditulis dalam susunan yang memiliki kemiripan sebagai
kemungkinan jawaban, sehingga peserta didik harus betul-betul konsentrasi dalam
merecall ingatannya untuk memilih jawaban yang paling tepat. Hal demikian yang
menjadi pertimbangan bahwa pemantapan daya tahan ingatan dan daya konsentrasi
diperlukan. Sebagai suatu tambahan apabila seorang peserta didik memiliki
kemantapan daya tahan ingatan dan daya berkonsentrasi selama 100 menit, dapat
ditafsirkan bahwa dia mampu menyelesaikan kurang lebih 41 butir soal dan
konversi nilai yang dicapai adalah 82 (tanpa pengurangan jawaban salah).
Pada ranah ini, tolok ukur yang digunakan tidak cuma sehat secara fisik
saja akan tetapi juga keberfungsiannya organ tubuh dan kesiapsediaan fisik saat
diperlukan. Dalam ukuran sehat fisik saja, ada kemungkinan peserta didik tidak
nyaman duduk (tanpa gerak) dalam kurun waktu pengerjaan soal, atau mungkin
terjadi karena kesehatan fisik, suhu tubuh cepat berubah menyesuaikan suhu
ruangan sehingga banyak berkeringat dan tidak nyaman dalam mengerjakan soal.
Ini jangan disalahartikan bahwa sehat itu menjadi faktor pengganggu dalam UN.
Sehat yang dimaksud dalam hal ini adalah kondisi fisik yang prima akan tetapi
tidak diperlukan olah fisik yang dapat mempercepat proses respirasi, sehingga ujungnya
pada kondisi yang menjadi tidak nyaman
saat mengerjakan soal. Hal demikian dapat memicu terganggunya daya tahan ingatan
dan daya konsentrasi peserta.
Persiapan fisik diperlukan juga pada tatanan rambut, kebersihan
kulit dan kerapihan pakaian. Tatanan rambut diatur dan dijaga sedemikian rupa (tidak
memasang model yang baru), sehinga tidak akan mengganggu proses pengerjaan soal
semisal berkali-kali mengusap, menggaruk dan membenahi kembali tatanan rambut
yang baru dipasangkan itu. Kebersihan kulit dipelihara supaya tidak menimbulkan
bau keras, atau tidak terjadi keseringan menggosok-gosok kulit yang bersisik.
Disamping itu kerapihan pakaian juga diperlukan supaya duduknya tetap
nyaman dan tidak melipat-lipat lengan baju atau menarik-narik lipatan punggung.
Tidak boleh ketinggalan dalam kerapihan pakaian adalah kesan penampilan. Kesan
penampilan yang rapih membuat pengawas ujian tidak mengasosiasikan seorang peserta
sebagai anak didik yang rawan, dengan demikian pengawas ujian tidak melakukan
pengawasan secara saksama pada seseorang peserta. Sebagai contoh kecil, seorang
atau beberapa orang peserta UN dalam suatu ruangan tidak memasang atribut atau
pemasangan yang tidak tepat melekat pada tempatnya. Begitu masuk ruangan dan
meneliti identitas peserta seorang pengawas jelas meraskan adanya ketimpangan
dalam diri perserta tersebut. Mau tidak mau pengawas ujian akan memperhatikannya
dan mendapat kesan psikologis sebagai anak yang memiliki penyimpangan perilaku.
Kesan semacam itu tidak mudah dilupakan. Bila pengawas mendapatkan satu
perilaku saja sebagai bukti, maka akan berdampak pada kesaksamaan pengawasan yang
selanjutnya menjadi beban psikologis antara peserta dan pengawas. Jelas hal
demikian akan mempengaruhi daya konsentrasi dan daya tahan ingatan peserta.
Mental peserta harus dalam kondisi yang fresh dalam arti tanpa
tekanan atau beban psikologis, tumbuh rasa percaya diri dan berfikir positip.
Hal ini tercermin dalam perilaku peserta yang selalu siap sedia saat memasuki
ruang ujian, menerima naskan soal dan dalam mengerjakan soal.
1.
Rasa Takut versus Rasa
Meremehkan.
Seorang peserta harus dapat membebaskan dirinya dari rasa takut
menghadapi UN, karena perasaan ini dapat mempengaruhi daya tahan ingatan dan
daya kosentrasinya. Ketakutan peserta sangat beralasan mengingat bahwa setiap
orang memiliki motivasi untuk maju dan terlepas dari kegagalan. Apalagi UN ini
menjadi penentu kelulusan dari perjalanan pembelajaran yang telah dilakoninya
selama tiga tahun. Namun ketakutan itu harus dilawan dengan kesiapan optimal
untuk menghadapinya, sebagaimana Kris John mengahadapi mandatory fightnya.
Seberapa pun besar kesiapan yang telah di tatanya jangan sampai menimbulkan
perasaan meremehkan, karena justru akan menjadi bumerang. Perasaan meremehkan
bisa menjadikan pemilihan option secara ceroboh dalam arti option yang dipilih
bukan berdasarkan pemahaman materi yang tepat akan tetapi hanya berdasarkan
pada persangkaan. Hal ini fatal karena belum tentu yang disangkan benar itu
memang benar adanya.
2.
Restu Orangtua
Peserta UN sebagaian besar adalah pribadi yang masih sangat
bergantung pada orang tua termasuk juga guru. Kondisi psikologis orangtua
berpengaruh langsung pada kondisi psikologis anaknya. Orangtua yang masa bodoh
dengan keadaan anaknya yang sedang mengikuti UN akan memunculkan kondisi anak
yang masa bodoh dengan kelulusannya. Memang disadari banyak pula terjadi
penyimpangan dimana orangtua sangat menginginkan anaknya lulus dengan standar
tertentu, akan tetapi anaknya malah tidak peduli dengan keinginan orangtuanya
itu. Hal ini jelas terjadi konflik kepentingan antara orangtua dengan anak.
Untuk itu perlu penyatuan persepsi tentang UN antara orangtua dengan anak,
sehingga anak merasa nyaman melaksanakan UN itu.
3.
Do`a
Do`a adalah pengejawentahan dari mahluk religi yang mempercayai
adanya kekuatan supranatural yang dapat setiap saat mempengaruhi kehidupannya.
Bahkan beberapa kasus do`a ini dipanjatkan kepadaNya untuk keperluan-keperluan
khusus termasuk UN. Bagi pelaku, do`a ini memiliki implikasi positip dalam
kesiapan seorang peserta dalam mengikuti UN. Implikasi itu berupa tumbuhnya kesungguhan/keseriusan,
tangung jawab, percaya diri dan ketenangan batin. Kekuatan tingkat pengaruh
do`a ini berbanding lurus dengan keterpusatan jiwa dengan Zat yang Maha Kuasa.
Artinya, atas kekuasaanNya dan berkat dari do`a yang terpanjat seseorang dapat
merasakan teralirnya pengarauh do`a itu masuk dalam tubuhya.
4.
Riyadloh.
Bentuk dari persiapan UN ini adalah melaksanakan tata kehidupan
tertentu berdasarkan tuntunan seorang mursyid (maha guru ruhaniah) dalam kurun
waktu dan dengan cara tertentu pula. Kegiatan ini lebih banyak ditujukan pada
terbentuknya kondisi yang mempermudah seseorang untuk menghafal, mendapatkan
ingatan yang setia, kuat dan luas.
Tidak kalah pentingnya dalam
menghadapi UN adalah mempersiapkan material. Material dalam hal ini yang
dimaksud adalah bahan pelajaran yang telah pernah di serap peserta didik
ditambah pendalaman materi yang ditugaskan guru sesuai dengan mata pelajaran
yang di ujikan. Agar persiapan material ini terlaksana secara efektif dan
efisien, maka perlu bantuan kisi-kisi UN yang dapat diperoleh dari guru mapel
atau diunduh dari internet. Dengan kisi-kisi ini peserta didik bisa mengetahui
scope bahan ajar yang penting untuk dipelajari lebih banyak daripada yang tidak
tercantum dalam kisi-kisi.
1.
Prioritas Mata Pelajaran
Buatlah daftar mata pelajaran UN dalam urutan dari mata pelajaran
yang paling disenangi menuju mata pelajaran yang tidak disenangi. Dengan
membuat skala priritas ini dimaksudkan agar mood belajar tetap terjaga dan
memudahkan untuk menyimpan dalam memori ingatannya. Selanjutnya bisa buat juga
prioritas dari setiap mata pelajaran dimulai dari materi yang paling mudah
dipelajari sampai dengan yang paling sulit dipelajari. Bagi peserta didik yang
memiliki motivasi tinggi, hal demikian dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, begitu
sebaliknya, bagi anak yang motivasinya rendah mereka merasa sulit untuk membuat
urutan, karena semua materi disadarinya sebagai pemaksaan dan beban untuk
dipelajari.
2.
Penjadwalan
Berdasarkan kalender pendidikan, perkiraan pelaksanaan UN jatuh pada
bulan Maret 2010 jika tidak ada perubahan. Ada waktu kurang lebih tiga bulan
untuk mempersiapkan lebih intensif. Jika peserta didik melaksanakan langkah
prioritas di atas, maka perlu menjadwalkan setiap materi dari setiap mata
pelajaran untuk dipelajari denagn target waktu tertentu. Sampai pada satu bulan
sebelum pelaksanaan UN, diharapkan semua materi telah selesai dipelajari,
sehingga pada satu bulan terakhir tinggal melakukan review.
3.
Metode Belajar
Metode belajar amat banyak dan bervareasi. Yang paling banyak
dipakai adalah 3RE. Peserta didik harus memilih satu yang paling mudah
dijalankan dan yang selama ini telah memberikan hasil terbaik dalam
pelaksanaannya.